Ada
banyak hal unik yang berhubungan dengan kepercayaan yang dapat kita
temukan di Gunung Kawi. Masuk ke area Pesarean Gunung Kawi, kita
seperti berada di lokasi kota Tionghoa jaman dulu. Nuansa Tionghoa
begitu kental di sekitar bangunan yang ada. Selain itu semua pelayan
Pesarean Gunung Kawi juga mengenakan adat pakaian jawa. Semakin
menambah suasana yang khas jika kita berada di sini.
Selain pesarean sebagai fokus utama tujuan para pengunjung, terdapat
tempat-tempat lain yang dikunjungi karena ‘dikeramatkan’ dan dipercaya
mempunyai kekuatan magis untuk mendatangkan keberuntungan, antara lain:
a. Rumah Padepokan Eyang Sujo
Rumah padepokan ini semula dikuasakan kepada pengikut terdekat Eyang Sujo yang bernama Ki Maridun. Di tempat ini terdapat berbagai peninggalan yang dikeramatkan milik Eyang Sujo, antara lain adalah bantal dan guling yang berbahan batang pohon kelapa, serta tombak pusaka semasa perang Diponegoro.
b. Guci Kuno
Dua buah guci kuno merupakan peninggalan Eyang Jugo. Pada jaman dulu
guci kuno ini dipakai untuk menyimpan air suci untuk pengobatan.
Masyarakat sering menyebutnya dengan nama ‘janjam’. Mungkin ingin
menganalogkan dengan air zamzam dari Padang Arafah yang memiliki aneka
khasiat. Guci kuno ini sekarang diletakkan di samping kiri pesarean.
Masyarakat meyakini bahwa dengan meminum air dari guci ini akan
membikin seseorang menjadi awet muda.
c. Pohon Dewandaru
Di area pesarean, terdapat pohon yang dianggap akan mendatangkan
keberuntungan. Pohon ini disebut pohon dewandaru, pohon kesabaran.
Pohon yang termasuk jenis cereme Belanda ini oleh orang Tionghoa
disebut sebagai shian-to atau pohon dewa. Eyang Jugo dan Eyang Sujo
menanam pohon ini sebagai perlambang daerah ini aman. Untuk mendapat
’simbol perantara kekayaan’, para peziarah menunggu dahan, buah dan
daun jatuh dari pohon. Begitu ada yang jatuh, mereka langsung berebut.
Untuk memanfaatkannya sebagai azimat, biasanya daun itu dibungkus
dengan selembar uang kemudian disimpan ke dalam dompet. Namun, untuk
mendapatkan daun dan buah dewandaru diperlukan kesabaran. Hitungannya
bukan hanya, jam, bisa berhari-hari, bahkan berbulan-bulan. Bila
harapan mereka terkabul, para peziarah akan
datang lagi ke tempat ini untuk melakukan syukuran.